cr: putri_rukmanaa on pinterest.

Apakah ini keberuntungan?

ayseavision
4 min readDec 7, 2023

--

06.40

Sinar matahari menembus masuk melalui gorden jendela kamar si lelaki indigo. Sinarnya membuat keadaan lelaki itu tampak lebih memprihatinkan. Rambut indigonya acak-acakan, kancing piyama bagian atasnya terbuka, selimut yang tersampir di bahu juga matanya yang bengkak.

Jantung lelaki itu berdebar kencang begitu menyadari sinar matahari sudah menembus masuk melalui ventilasi dan jendela kamarnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menggerakkan tangannya yang kurus untuk mencabut charger ponselnya.

Ponsel di tangannya menyala, menunjukkan lockscreen dan juga waktu. Lelaki berambut indigo itu menarik nafas, dengan tangan yang gemetar ia membuka pesan masuk dari Lyney dan membalasnya.

Ia membuka aplikasi X di ponselnya, segera mengetik dengan cepat sadar tak sadar. Begitu menyadari kebodohannya, ia buru-buru menarik gorden melihat terangnya hari.

Fuck…”

Buru-buru ia bangkit, mempersiapkan dirinya dengan hati yang panik. Selama beraktifitas, matanya bolak-balik menatap jam dinding. Seiring berjalannya waktu, degupan jantungnya semakin cepat. Rasa takut akan terlambat menyelimuti hatinya, meskipun bibirnya berkata lain.

“Gapapa deh, sesekali telat.” Ucapnya begitu mengeluarkan sepeda motornya dari garasi.

Namun, melihat ramainya anak SD dan SMP yang berlalu diantar orang tuanya, hati Scara kembali tidak tenang. Memangnya tidak apa-apa jika dirinya telat?

Tanpa lanjut berpikir, tepat pada pukul 06.55 Scara melajukan sepeda motornya dengan cepat, tanpa berpikir dirinya akan selamat atau tidak.

Selama perjalanan yang Scara pikirkan adalah perkiraan waktu sampai menuju sekolah. Waktunya hanya 15 menit sebelum gerbang ditutup, jika dalam waktu 15 menit dan jarak yang harus ditempuhnya adalah 20km, kira-kira berapa kecepatan yang harus digunakannya?

Begitu menemukan jawaban, Scara dengan percaya diri melajukan sepeda motornya tanpa berpikir jika di depannya akan ada 3 pemberhentian lampu merah yang menanti. Yang ada di pikirannya adalah, jika dirinya beruntung, ia bisa mendapat lampu hijau setibanya disana

Mood Scara hancur seketika. Ia, terjebak di lampu merah pertama. Ia kira, ia akan beruntung.

Dengan gelisah, Scara menengok ke kanan dan ke kiri, mencari jika disana ada juga anak dari sekolahnya yang masih dalam perjalanan. Sudut bibirnya sedikit terangkat kala melihat ada dua orang anak dari sekolah yang sama terjebak bersamanya. Di dalam otaknya ada pikiran ‘gapapa telat, kan gak sendirian.’

Begitu lampu lalu lintas berubah hijau, Scara kembali melajukan sepeda motornya. Selama perjalanan hati Scara terasa lega, ternyata banyak juga ya yang berangkat se-siang ini?

Begitu Scara dan siswa sekolahnya yang lain sampai di lampu merah kedua, mereka secara kebetulan ada di barisan yang sama. Salah satu dari siswa itu tiba-tiba bertanya.

“Bang, telat juga?”

Scara menengok, memastikan jika dirinyalah yang ditanyai kemudian mengangguk.

Siswa itu kemudian tertawa getir. “Kayaknya kita agak sial ya bang, kebagian lampu merah yang disini.”

Mereka secara kompak mengalihkan pandangan pada hitungan detik yang tersisa sebelum lampu kembali berubah menjadi hijau.

84 detik.

Cukup lama bukan?

Namun Scara bersyukur. Setidaknya lampu merah satu ini tidak memiliki durasi lampu hijau yang singkat. Setara lah ya.

Lama menunggu, lampu berubah hijau. Scara dan anak sekolahnya yang lain melaju bersamaan, hingga akhirnya mereka beruntung. Di pemberhentian lampu merah terakhir, mereka mendapatkan lampu hijau.

Begitu mereka sampai di gerbang sekolah yang sudah DITUTUP, terdengar umpatan-umpatan halus.

Ada lebih dari 6 kendaraan berjejer, dan 10 lainnya adalah siswa tanpa kendaraan.

Scara merutuk. Tak ada dari mereka yang ia kenali.

Hela nafas keluar dari bibirnya, “Bolos aja kali ya?”

Puk.

Tepukan pada bahu membuatnya tersentak.

Scara menoleh, mendapati Kazuha dengan karton, sterofoam dan kresek sedang yang tampak penuh, entah berisikan apa.

“Dari mana?” Scara bertanya terlebih dahulu.

“Toko alat tulis, banyak yang harus dibeli buat MPK sama titipan guru.” Kazuha menjawab santai.

Alis Scara mengkerut. “Kok lo santai banget sih?”

“Udah izin.” Kazuha menyodorkan kantung kresek di tangannya. “Nitip dong, nanti gue bantu.”

Scara menatap Kazuha ragu. “Bantu apaan?”

“Biar lo gak dikira telat.”

Scara entah mengapa menerima sodoran kantung kresek dari Kazuha dan menggantungnya. “Naik.”

Kazuha menurut, ia naik di boncengan Scara. “Nah, sekarang tunggu si ibu beres marah-marah.”

1 menit kemudian, gerbang dibuka. Siswa yang terlambat dijejerkan di area lain dekat dengan pos satpam. Terkecuali Scara.

Saat mereka melewati pos satpam, Kazuha dan Scara tersenyum, menyapa pak satpam, anak osis juga guru BK yang mendapat jadwal piket pada hair ini.

Motor Scara dihentikan.

“Terlambat.” Ucap OSIS.

Kazuha angkat bicara. “Tadi kan saya udah izin sama si Ibu dan bapak satpam. Ada suratnya juga kok.”

Kazuha turun dari boncengan kemudian menghampiri guru BK yang mencatat murid terlambat, ia menyapanya. “Bu.”

Guru BK tersebut menoleh dan tersenyum. “Udah belinya? Punya saya taro aja di ruang BK ya. Makasih!”

Kazuha mengangguk, kemudian kembali kepada Scara dan duduk di boncengannya. “Ayo.”

Scara terdiam beberapa saat sebelum melajukan sepeda motornya. “Oke…”

--

--

No responses yet