Pinky Promise — Kazuscara
fluff, comfort, little kiss.
Malam hari itu, Scara merasa tak tenang. Ketakutan akan kehancuran rumah tangganya yang belum lama dibangun, menyelimuti diri.
Scara mendudukan diri di sofa pada ruang tengah kediaman mereka. Giginya tanpa sadar mengigiti bibirnya, sampai mengelupas. Matanya juga tak tinggal diam, sibuk menatap bolak-balik jam dinding dan pintu.
Kakinya bergerak tak nyaman, takut sang suami; Kazuha akan datang dengan kemarahannya. Pasalnya, pesan terakhir yang dikirimnya tak kunjung mendapat balasan. Scara tak tahu jika Kazuha memang sengaja tidak membalasnya atau memang belum sempat membalas.
Sibuk berpikir dan Khawatir, tak terasa waktu sudah berjalan cukup lama. Sampai pada waktunya, terdengar suara mesin sepeda motor yang dikenalinya sebagai milik suaminya.
Buru-buru Scara bangkit dari duduknya, berlari demi membuka pintu hanya untuk melihat suaminya yang terlihat kesulitan membuka pagar.
Melihat itu, Scara bergerak cepat memakai sandalnya dan menghampiri Kazuha untuk membantunya.
Setelah pagar terbuka, Kazuha memarkirkan sepeda motornya dan turun menghampiri Scara.
“Minuman punyamu yang less sugar. Dibawa masuk ya, aku mau bebersih dulu.” Ucap Kazuha seraya menyerahkan kantung belanjaannya dan mengecup pelipis Scara setelahnya.
Scara membisu, dia hanya mengangguk dan menuruti apa kata Kazuha; membawa masuk makanan yang dibelinya.
Sambil menunggu Kazuha selesai dengan urusannya, Scara mengeluarkan apa-apa yang dibeli Kazuha dan meletakannya di meja.
Tak lama setelah itu, Kazuha memasuki ruangan dan mendudukan diri di sebelah Scara. Hela nafasnya terdengar.
Scara menoleh, menatap suaminya yang duduk bersandar.
“Sayang.”
“Hmmm?”
“Sethos–si burung, kamu bawa?”
Kazuha menatap Scara sekilas dan mengambil satu terang bulan di depannya. “Bukannya kamu gak suka?”
Scara mendengus, tangannya terangkat meremas lengan Kazuha. “Y-ya, aku memang gak suka. Tapi, ke mana burungnya?”
“Aku kasih Heizou.” Jawab Kazuha datar dan lanjut mengunyah terang bulan di tangannya.
Scara terdiam, dia melepaskan pegangannya. “Oh.”
Hening diantara mereka, tentu saja berhasil menimbulkan kebingungan pada benak Kazuha. Jujur saja, Kazuha merasa bingung. Bukankah suaminya tidak menyukai burung yang dibelinya itu?
Dengan tangannya yang bersih, Kazuha rangkul suaminya, dengan lembut dia menepuk-nepuk bahunya. “Kenapa sayang?”
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Kazuha mengintip wajah suaminya. Kazuha dikejutkan akan wajah cantik suaminya yang sudah dibasahi dengan air mata.
Buru-buru Kazuha membersihkan tangannya dan membawa suaminya ke dalam pelukannya, menepuk-nepuk punggung dan mengusap kepalanya, mencoba menenangkannya.
“Ssshhh, kenapa sayang?”
Scara tidak menjawab, namun isakannya semakin terdengar begitu pilu, hingga Kazuha ikut merasakan rasa gelisah dan sedihnya.
“Scara, sayang...”
Pelukan Scara pada tubuhnya semakin erat, dia menangis, menumpahkan banyak air matanya pada dada suaminya.
Kazuha tak tahu jelas apa yang terjadi pada pasangannya itu, ingin berbicara tetapi takut jika ucapannya akan membuat suaminya semakin bersedih. Maka dari itu, Kazuha putuskan untuk tetap memeluknya dan mengusap punggungnya sampai lebih tenang.
Waktu berlalu, isakan milik Scara sudah mulai mereda. Merasakan hal tersebut, Kazuha menjauhkan dagu-nya dari pucuk kepala suaminya, dan sedikit menjauhkan tubuh mereka, memberi celah supaya suaminya bisa bernapas.
Kazuha mengambil air minum di meja dan menyerahkannya pada sang suami, takut-takut merasa dehidrasi.
Scara dengan senang hati menerimanya dengan tangan yang gemetar. Melihat itu, Kazuha berbaik hati membantunya untuk minum.
“Kamu kenapa sayang?” Tanya Kazuha begitu menaruh kembali gelasnya pada meja.
Scara meraih tisu dan membersihkan wajahnya, dia menatap Kazuha.
“Janji dulu jangan cerain aku!”
Mendengar ucapan Scara, Kazuha kembali terkejut. “Astaga sayang, yang mau cerai siapa? Jangan seenaknya bilang cerai dong sayang, pernihakan 'tuh sakral.”
Scara merapatkan bibirnya, sudut bibirnya turun ke bawah, air matanya kembali mengalir. “Aku minta maaf, a-aku udah nyebelin!”
“Nyebelin gimana sayang?” Kazuha panik, dia mengusap wajah Scara dan merapikan rambutnya, mencoba menghentikan air matanya yang terus mengalir.
“Aku belum jadi pasangan yang baik buat kamu, aku masih seenaknya dan gak mikirin hal yang kamu suka. Aku belum pantes.”
Mendengar ucapan itu dari mulut pasangannya, hati Kazuha serasa mencelus. Pertanyaan mulai muncul di benaknya, seburuk itukah dirinya sebagai seorang suami, sampai-sampai pasangannya menangis sebab merasa belum pantas?
Kazuha kembali membawa Scara ke dalam pelukannya. “Sayang, maafin aku.”
Dapat dirasakannya kepala Scara bergerak menggeleng. “Aku yang salah... padahal kamu bolehin aku bawa action figur sama mainan aku yang lain, tapi begitu kamu bawa burung aku malah marah.”
“Bukan salah kamu, sayang... Seharusnya aku pertimbangin dulu, 'apakah kamu bakalan baik-baik aja sama hal yang aku bawa.' Bukan salah kamu, Scara sayang.”
“Kita baikan nih?” Tanya Scara seraya menatap Kazuha.
Kazuha tersenyum. “Memangnya kita marahan?”
Scara tersenyum, dia mengecup pipi Kazuha. “Makasih udah mau ngertiin aku.”
“Udah seharusnya kita saling ngertiin.” Balas Kazuha kemudian mengecup bibir suaminya.
Scara tersenyum. “Jadi? Gimana burungnya?”
“Aku kasih Heizou sayang.”
“Burung mahal tau, kamu buang-buang duit. Jual aja harusnya.” Balas Scara.
Kazuha tersenyum, “Apapun, asal kamu seneng.”
“Kalo gitu, Sethos– burungnya bawa lagi aja. Sepi di rumah kalau gak ada dia.” Ucap Scara.
Kazuha mengangkat alisnya. “Bukannya kamu gak suka?”
Scara menggeleng, “Kalau hal yang berkaitan sama kamu aku suka. Tapi si burung ganti aja ya namanya.”
Kazuha tertawa, “Boleh, mau dinamain apa?”
“Gimana kalau Hara? Kazuha dan Scara. Lucu gak?” Tanya Scara dengan mata berbinar bersemangat.
Kazuha mengecup kembali bibir pasangannya. “Lucu, aku suka.”
Scara tertawa, dia balas mencium bibir suaminya. “Jangan cerai sama aku ya, janji.”
Kazuha mengangguk, “Kamu juga, kalau ada keluhan atau masalah, bilang sama aku ya? Aku kan suami kamu, bukan orang yang kebetulan tinggal dan tidur bareng.”
Scara mengangguk setuju, dia mengacungkan jari kelingkingnya. “Pinky promise.”
Kazuha mengaitkan kelingkingnya, dia mencium tangannya. “Pinky promise.”
Malam yang semula dipenuhi kegelisahan kini berubah menjadi malam penuh canda dan tawa dari pasangan baru itu.
Semoga, selamanya mereka akan tetap berbahagia seperti itu.
© aysa
11072024