Selamat Ulang Tahun.
“Ayah bilang apa?” Itu Freminett, ia dengan penasaran menghampiri Furina, dan Lyney diam-diam mengekor di belakangnya.
Furina yang menyadari kedatangan Lyney dan juga Freminett ke sisinya tersenyum, ia mengangkat satu tangannya untuk mengusap kepala Freminett, ia kemudian menjawab. “Mau kesini katanya, cari kalian.”
“Lynette ikut?” Ini Lyney yang bertanya, ia sempat melirik ke layar ponsel Furina yang masih menyala secara tidak sengaja.
Furina mematikan ponselnya. “Ikut juga katanya.”
Furina kemudian mengambil handuk dan alat mandi lainnya yang dibelinya tadi siang, ia hampiri Freminett dan berbicara dengan tenang. “Kamu mandi dulu ya, udah sore. Bisa mandi sendiri kan?”
Freminett mengangguk, dengan antusias ia mengambil alat mandi di tangan Furina. “Bisa!”
Merasa gemas dengan tingkah anak dihadapannya, Furina terkekeh gemas hingga dengan refleks mengusak kepala anak itu, ia kemudian dengan baik mengantarkan Freminett menuju kamar mandi.
Lyney yang ditinggalkan sendirian di ruang tengah lantas membuka ponselnya. Ia tanpa ba-bi-bu langsung menghubungi Lynette.
“Bawa baju ganti ya, kayaknya kita bakalan nginep.”
“Hah?”
“Bawa aja.”
“Baju tidur?”
“Bebas.”
“Loh, terus — ”
Lyney kemudian memutuskan teleponnya secara sepihak setelah melihat Furina yang sudah kembali.
Ponsel di tangannya di taruh pada meja, Lyney menatap Furina yang sedang mengambil alat mandi yang dibeli untuknya. Lyney pun bertanya. “Aku juga harus mandi ya, tante?”
Furina mengangguk. “Udah sore, masa kamu masih pakai seragam gitu.”
Lyney mengangguk paham, ia hampiri Furina dan ambil alat mandi di tangannya. “Dimana mandinya?”
Furina mengendikkan bahunya. “Terserah, mau pakai pancuran yang di depan juga boleh.” Ucapnya iseng.
“Ih! tante!!” Lyney berseru sebal. “Yang bener dong!”
Furina tertawa, “Ya di kamar mandi. Jangan lupa bawa baju gantinya ya?”
Lyney mengangguk. “Oke. Berarti aku harus tunggu Freminett selesai dulu ya?”
Furina menggeleng, “Pakai aja yang di atas. Tahu kan di sebelah mana?”
Gelengan polos dari Lyney disertai ucapannya buat Furina tersenyum lagi, “Gak tahu.”
Furina menghela nafas, “Yaudah sini, dianterin.”
Setelah mengantar Lyney, Furina pergi ke ruang tamu. Ia membereskan tas dan juga sepatu milik Lyney dan Freminett.
Tas sekolah mereka, ia simpan di kamar tamu. Begitu pun dengan jaket milik Lyney.
Begitu selesai, ia beranjak menuju dapur untuk menyiapkan kue kering untuk diberikan kepada Lynette nanti. Tak lupa, ia juga menaruh kue ulang tahun yang sudah dibelinya pada lemari pendingin.
Setelah selesai mencetak dan memanggang, Furina meninggalkan dapur. Ia menuju ruang tengah untuk membereskan kekacauan yang ia dan anak-anak buat.
Saat dirinya memindahkan beberapa hadiah ke lemari, Freminett keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah, yang sayangnya ikut membasahi piyama berwarna cokelat yang dikenakannya.
“Kakak, bisa bantu keringin rambut Fremi enggak?”
Furina mengangguk dan tersenyum tipis. Dalam hati dia sudah berteriak histeris. “INI LUCU BANGET ANAK SIAPA WOYYY?!?!?!?!?!?”
Saat Furina menggiring Freminett menuju kamar tamu, Lyney turun dari tangga. Lyney sudah mengenakan piyama berwarna merah marun dengan handuk di kepalanya.
“Tante sama Fremi mau kemana?”
“Keringin rambut. Mau juga?”
“Mauuu! Tunggu!”
Saat sedang mengeringkan rambut, suara bell terdengar. Furina mencabut hair dryer yang sedang digunakannya kemudian ia berkata kepada Lyney.
“Punyamu setengah kering aja gapapa ya?”
Setelah itu ia beranjak pergi menuju pintu utama dan membukanya. Ia melihat Arlecchino dan Lynette berdiri di sana dengan tampilan yang cukup rapi, sungguh berbanding terbalik dengannya.
“Masuk dulu.” Furina mempersilahkan.
Begitu Mereka duduk di sofa, Arlecchino bertanya. “Kamu baru pulang?”
Furina mengangguk. “Iya.”
Arlecchino menghela nafasnya, ia sungguh prihatin melihat penampilan Furina saat ini.
Wajahnya yang kotor karena tepung, rambutnya panjang diikat asal, gulungan lengan kemeja yang kusut, juga kaki yang tak mengenakan alas.
“seharusnya kamu tolak aja ajakanku tadi.”
“Aku kan gak sibuk.” Furina yang tak menyadari tatapan prihatin dari Arlecchino tersenyum, ia kemudian beralih menatap anak perrmpuan dengan wajah datar yang duduk di sebelah Arlecchino. “Lynette ya?”
Lynette dengan wajahnya yang tanpa emosi mengiyakan.
“Mau kue gak? Tante baru aja bikin kue.”
Kedua mata Lynette melebar, ia dengan panik menolak. “Eh , aku — ”
Furina tanpa mendengarkan lebih lanjut apa yang akan Lynette katakan, langsung beranjak menuju dapur. Arlecchino mengekor di belakangnya, meninggalkan Lynette yang panik.
“Gapapa itu Lynette ditinggal sendiri di depan?”
“Gapapa.”
Kemudian Arlecchino tanpa banyak kata memeluk pinggang Furina dari belakang. Dagunya ia taruh di kepala Furina. Mereka berjalan dengan posisi seperti itu hingga dapur.
Sesaat setelah Arlecchino dan Furina pergi menuju dapur, Lyney keluar dari kamar tamu. Ia menghampiri Lynette.
“Kamu dicariin ayah tau!” Lynette berbisik.
Lyney hanya tersenyum. “Kita mau surprise ayah.”
Lynette mengerutkan dahinya. “Kamu kenal tante tadi?”
Lyney mengangguk. “Kenal tadi siang sih, dia pacarnya Ayah tau.”
“Hah? kok kamu tau?”
Lyney menggeleng kemudian duduk di sofa. “Sebenernya gak tau ya, tapi tadi aku ngintip roomchat tante sama ayah. Ayah genit panggil cantik-cantik gitu.”
Dahi Lynette mengerut. “eewwh, serius?”
Lyney dengan sungguh-sungguh menjawab. “Seribu persen serius!”
Setelah Furina selesai memindahkan kue kering pada piring, ia menyentuh lengan Arlecchino di pinggangnya, ia kemudian sedikit berbisik.
“Kamu bisa bantu aku nggak?”
“Bantu apa?” Arlecchino mengeratkan pelukannya.
“Ambilin kamera ku di kamar, aku mau foto kuenya. Gapapa kan?”
“Mhmm.”
Arlecchino dengan berani mencium pipi tembam milik Furina.
“Anything for you, princess.”
Arlecchino pergi menuju kamar tidur milik Furina, tepat setelah memastikan ekspresi Furina yang tersipu.
Setelah Arlecchino menghilang, Furina buru-buru pergi ke ruang tamu untuk menghampiri anak-anak. Tentunya dengan piring penuh kue di tangannya.
“Ini kue.” Ia taruh kue buatannya pada meja.
Furina menatap Lyney. “Ayo mulai sekarang.”
Dibalas dengan anggukkan mantap anak lelaki tersebut.
Arlecchino keluar dari kamar tidur milik Furina, ia dikejutkan dengan ruangan yang begitu gelap. Mengingat bagaimana cerobohnya Furina, ia mendadak khawatir, takut-takut terjadi apa-apa pada Furina
“Furina?”
Arlecchino dengan mengandalkan cahaya remang-remang dan juga instingnya berjalan menuju dapur, ia tak menemukan siapa-siapa di sana.
“Lynette?”
Tak ada jawaban.
Ia menghela nafas, dengan hati — hati ia pergi menuju ruang tengah.
BUGH
SPLASH
Segelas air tiba-tiba mengguyur wajahnya. Baru saja Arlecchino mengumpat, lampu menyala. Menampilkan Lynette, Freminett dan juga Lyney yang sudah dalam posisi tengkurap dengan gelas di tangannya.
Suara bak bebek terinjak tiba-tiba terdengar. Itu perbuatan Freminett dengan sebuah terompet ulang tahun di mulutnya.
Suara dari confetti pada tangan Lynette pun ikut terdengar, namun suara tersebut seakan menandakan kacaunya kejutan kali ini.
Kemudian suara cicitan terdengar.
“Selamat ulang tahun, ayah?”
Arlecchino mengusap wajahnya yang basah, kemudian ia berjongkok untuk membantu Lyney yang terjatuh. Ia dengan pelan berkata. “Hati-hati.”
Lyney yang mendengar hal tersebut, seketika merasakan matanya memanas, dadanya sesak dan isakan tangisnya pun kunjung terdengar.
Ia dengan malu juga ragu meraih Arlecchino dan memeluknya, memutuskan untuk menangis pada pelukannya.
“Saakittt!” isaknya.
Arlecchino melihat putranya terkekeh ringan, ia menepuk-nepuk pundak Lyney dan kemudian menatap anak-anaknya yang lain.
“Gak mau peluk ayah juga?”
Pertanyaan retorisnya seketika dibalas oleh anak-anaknya yang menghambur ke dalam pelukannya.
Furina yang baru saja muncul dengan kue ulang tahun di tangannya tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. Dalam hati ia merasakan sedikit ragu. apakah ia boleh ikut bergabung dalam keluarga mereka? apa ia pantas? bagaimana jika nantinya ia merusak kebahagiaan mereka?
Namun Furina dengan cepat menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.
Senyum manis terbit di bibir Furina, ia dengan perlahan menghampiri keluarga kecil itu dan duduk di dekat mereka. Ia menatap Arlecchino dengan teduh.
“Make a wish?”
Suara Furina berhasil membuat anak-anak melepaskan pelukannya. Mereka mempersilahkan Arlecchino untuk meniup lilinnya.
Sebelum Arlecchino meniup lilinya, ia tatap Furina berserta anak-anaknya kemudian ia menutup mata.
Lilin pun padam, suara tepuk tangan yang bermula dari Freminett menyebar kepada yang lain. Kebahagiaan malam itu, terasa sangat hangat sampai ke hati.
Saat anak-anak beserta Furina tertawa bahagia sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya, Arlecchino mengunci pandangannya pada sosok Furina yang terlihat sangat lembut.
Apakah boleh? apakah boleh wanita selembut Furina masuk ke dalam keluarganya yang cukup keras? Apakah ia akan membuat Furina menyesal nantinya?
Pikiran-pikiran negatif itu seakan hilang saat Furina membalas tatapannya dengan sorot bahagia. Hatinya berdetak kencang hanya dengan melihatnya tersenyum kepadanya.
“Selamat Ulang Tahun!”
Seruan Furina diiringi dengan tepuk tangan membuatnya seakan terkurung dalam waktu yang terhenti.
Arlecchino menutup matanya sejenak, ia menatap Furina yang masih menatapnya.
Arlecchino tersenyum.
saya berjanji, saya akan jaga senyumannya sampai dunia ini berakhir.